12 Maret 2011

Analisa Masalah Lingkungan



Danau Limboto merupakan danau yang terbesar di Propinsi Gorontalo yang merupakan danau alam yang mempunyai daerah pengaliran seluas kurang lebih 890 km (termasuk luas danau) dan tergolong unik karena berada dekat dengan pusat kota dan kabupaten Gorontalo. Danau limboto terletak Danau Limboto sekarang ini dapat di kategorikan sebagai Danau yang kritis, proses pencemaran , sedimentasi , aerasi sungai dan tekanan penduduk terhadap penguasaan lahan sekitar danau untuk kegiatan pertanian dan permukiman menyebabkan danau mengalami penurunan luas dan kedalaman dari Luas dan kedalaman Danau pada tahun 1932 yaitu 7000 Ha dan 30 m, kemudian Luas dan kedalaman Danau pada tahun 1962 yaitu 4250 Ha dan 10 m dan Luas dan kedalaman Danau pada saat ini yaitu 3000 Ha dan 2 m, hal ini sangat memprihatinkan bagi keselamtan danau tersebut yang suatu saat nanti akan musnah.

Eceng gondok merupakan tanaman yang dapat menurunkan kadar zat pencemar pada limbah cair pabrik, pupuk urea dan asam formiat, telah dilakukan dari bulan Juni 1991 sampai bulan Januari 1992 di jurusan Biologi ITB. Dalam penelitian ini diamati akibat terhadap pertumbuhan dari jenis tumbuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan eceng gondok dalam mengurangi kadar zat-zat pencemar yang terkandung dalam jenis limbah cair serta untuk mengetahui kemampuan tanaman tersebut untuk menimbun nitrogen dan fosfor yang diserap dari air limbah. Uji coba penggunaan eceng gondok dalam mengurangi kadar zat-zat pencemar menunjukkan hasil bahwa kehadiran kedua tanaman ini menurunkan kadar zat padat terlarut, zat padat total, BOD, COD, N-amonia, N-nitrat, N-nitrit, N-total, 0-fosfat dan P-total dalam air limbah. Di samping itu pengaruh tanaman ini juga terlihat pada derajat keasaman (pH) air limbah, dimana pH berubah ke arah netral. Ternyata eceng gondok memberikan pengaruh yang sedikit berbeda. Eceng gondok memberikan penurunan kadar zat padat terlarut, zat padat total, BOD, COD, N-amonia, N-nitrat, N-nitrit, N-total, 0-fosfat dan P-total yang lebih besar. Kandungan protein, sebagai gambaran dari kemampuan menimbun nitrogen pada kedua tanaman, lebih tinggi pada daun dan batang dibandingkan dengan pada akar. Secara keseluruhan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa eceng gondok dapat digunakan untuk menurunkan kadar zat pencemar dalam limbah cair pabrik pupuk urea dan asam formiat pada pengolahan tingkat sekunder.

A. Analisis Masalah Dampak Lingkungan
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia pasti akan mempengaruhi lingkungan alam maupun keadaan manusia itu sendiri. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui pengaruh dari suatu kegiatan, baik dari dampak positif maupun dampak negatifnya. Terlebih kegiatan yang di analisis ini merupakan kegiatan yang merusak lingkungan.
Diharapkan melalui analisis ini dapat diketahui sejauh mana dampak negatif yang diakibatkan oleh ulah para masyarakat yang tidak sadar kelestraian lingkungan. Sekaligus merumuskan langkah antisifasi untuk meminimalisir dan menghapuskan dampak buruk yang telah dan akan muncul. Berbagai kegiatan masyarakat yang tidak peduli akan lingkungan ini akan di analisi beberapa dampak di berbagai bidang antara lain :

1. Dampak ekonomi

Dampak ekonomi yang di timbulkan sangat jelas merugikan pemerintah daerah yang mana kerusakan, pencemaran , dan pendangkalan akan menyebabkan beralih fungsinya danau limboto yang semula sebagai tempat objek wisata yang sangat terkenal akan keindahannya menjadi sebuah danau penampungan sampah dengan bau yang tidak sedap serta tempat pembiakan eceng gondok.

2. Dampak Ekologi

Dampak ekologi meliputi segala bentuk perubahan mendasar yang terjadi di sekitar lingkungan danau Limboto. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan antara lain :

a. Pembuangan sisa sampah dan sisa limbah rumah tangga merupakan faktor utama yang menyebabkan tumbuhnya eceng gondok , pertumbuhan populasi eceng gondok yang begitu cepat dan melimpah menyebabkan menyempitnya permukaan danau , eceng gondok yang telah membusuk akan mengendap ke dasar danau sehingga sedikit demi sedikit danau akan menjadi dangkal, selain dari itu berbagai kegiatan para masyarakat nelayan juga menyebabkan terjadinya pengendapan

b. Terjadinya erosi air sungai sekitar danau limboto atau sungai yang mengisi danau limboto, erosi dapat terjadi ketika sungai tidak mampu menanggulangi air hujan dengan aliran yang begitu besar , penyebab hal itu terjadi akibat hutan yang gundul, pembuangan sampah yang tidak tepat oleh masyarakat menyebabkan tersumbatnya aliran sungai sehingga air dengan tekanan tinggi akan mengikis pinggiran sungai dan bermuara ke danau sehingga danau akan mengalami pendangkalan.

c. Pembusukan flora menyebabkan air danau berbau busuk, hal inilah yang membuat danau tersebut menjadi sumber masalah polusi udara, dengan bau yang tidak sedap ini menyebabkan terganggunya berbagai aktivitas di sekitar danau limboto.

3. Sosial

Kerusakan, pencemaran, dan pendangkalan danau limboto mempunyai dampak social masyarakat sekitar danau Limboto. Dampak social tersebut antara lain :
a. Terjadi ketidak sepahaman antara masyarakat sadar lingkungan dan masyarakat yang tidak sadar akan lingkungan. Masyarakat yang tidak sadar akan lingkungan akan selalu melakukan kegiatannya yang mengotori danau dengan membuang sampah dan sisa limbah dapur mereka tanpa menyadari bahwa yang telah dilakukan itu akan merusak lingkungan dan organisme yang ada didanau limboto.

B. Solusi Permasalahan

Salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan melakukan program lomba pembersihan danau limboto yang mana eceng gondok yang diambil oleh masyarakat tersebut akan diberikan kepada pengolahan pupuk organik yaitu oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gorontalo, pengelolaan eceng gondok menjadi pupuk ini di lakukan TPA Talumelito.
Keberadaan pabrik pupuk eceng gondok di harapkan mampu mengatasi masalah eceng gondok yang telah memenuhi danau , dengan mengolah eceng gondok menjadi pupuk yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat petani, dengan harga pupuk yang relatif murah menyebabkan pabrik pupuk harus mengolah eceng gondok lebih banyak lagi, sehingga eceng gondok yang memenuhi danau berangsur-angsur mulai berkurang, dan danau limboto mulai terlihat bersih.
Dalam upaya pemerintah provinsi Gorontalo untuk menyelamatkan danau limboto dengan langkah pengadaan pabrik untuk mengolah eceng gondok menjadi pupuk , di harapkan beberapa aspek-aspek berupa aspek ekonomi , sosial, ekologi serta pendidikan akan menjadi lebih baik. Harapan dari beberapa aspek tersebut antara lain :

1. Aspek ekonomi

Dengan adanya pabrik pupuk eceng gondok dapat memberikan keuntungan bagi pemerintah, dalam hal ini mengembalikan keindahan danau limboto sebagai objek wisata, kembalinya danau limboto sebagai objek wisata dapat meningkatkan penghasilan daerah . selain itu keberadaan pabrik juga memberikan keuntungan sementara bagi para petani , dalam hal ini pupuk eceng gondok yang di hasilkan yang relatif murah atau harga yang terjangkau bagi para masyarakat petani, sehingga dapat di manfaatkan dengan baik oleh para petani.

2. Aspek sosial

Keberadaan pabrik pupuk eceng gondok di harapkan dapat mengubah pola atau kebiasaan masyarakat sekitar danau limboto yang semula membuang sampah sembarangan khususnya membuang sampah ke danau limboto, menjadi masyarakat yang membuang sampah tepat pada tempatnya sehingga tercipta suatu lingkungan bersih , bebas sampah dan bebas penyakit.

3. Aspek ekologi
Eceng gondok yang telah di bersihkan dan diolah menjadi pupuk eceng gondok maka akan mengurangi populasi eceng gondok di danau limboto, dengan berkurangnnya populasi eceng gondok dapat memperluas permukaan danau dan dapat kelihatan lebih luas, untuk mengembalikan kedalam danau dapat dilakukan dengan cara menguras kembali endapan hasil pembusukan dan erosi, sehingga danau dapat terlihat luas dan dalam seperti semula.

Sumber :
http://dnabio71amdal.blogspot.com/
read more “Analisa Masalah Lingkungan”

Analisa Masalah Pendidikan



Pendidikan sangat mungkin diskenariokan berfungsi penuh sebagai solusi pemecahan masalah demi mengakhiri keterjebakan bangsa ini ke dalam rawa-rawa kebodohan dan keterbelakangan. Artinya, kebodohan dan keterbelakangan yang hingga kini membelit bangsa ini bisa dengan serta-merta diatasi melalui pendidikan. Tetapi untuk itu, ada prasyarat yang niscaya dipenuhi. Bahwa tanggung jawab terhadap proses pendidikan mutlak melibatkan pemerintahan pada berbagai lini. Jika prasyarat itu gagal dipenuhi, maka pendidikan akan terus stagnan seperti selama ini. Dalam perspektif pembebasan bangsa ini dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan, pendidikan terus berpusing-pusing dalam spektrum “adanya sama dengan tidak adanya”.



Di kawasan atau daerah tertinggal, misalnya, pendidikan tak sekadar diharapkan hadir melayani publik dengan bertakzim pada spirit pencerdasan anak-anak bangsa. Lebih dari itu, praksis pendidikan harus pula membawa serta terobosan spektakuler. Di kawasan tertinggal, praksis pendidikan tak mungkin diimplementasikan secara linear seperti di kawasan-kawasan yang telah lebih dulu maju dan berkembang. Pada berbagai kawasan tertinggal itu praksis pendidikan sejatinya dilaksanakan berdasarkan kerangka pikir di luar kotak. Di kawasan tertinggal, segenap elemen pemerintahan niscaya berperan aktif memajukan pendidikan. Latar belakang paling penting melandasi keniscayaan ini adalah pendidikan berperan sebagai “mesin sosial” untuk melahirkan manusia-manusia baru yang berani tampil di garda depan transformasi agar sumber daya terbatas sepenuhnya bergeser menjadi elemen keunggulan yang clear and distinct.

Sayangnya, totalitas pemerintahan abai terhadap arti penting pendidikan. Sedemikian rupa, makna penting pendidikan dimasukkan ke dalam “kotak sempit” kementerian pendidikan nasional. Elemen-elemen lain dalam pemerintahan tak peduli terhadap pendidikan. Tren umum yang muncul pada berbagai pemerintahan kota dan kabupaten hanyalah memandang penting pendidikan dalam kaitannya dengan keluluasn Ujian Nasional (UN). Bahkan, sebagian pemerintahan kota dan kabupaten membentuk “tim sukses” demi menghadapi agenda UN, hingga kemudian “tim sukses” terdorong melakukan berbagai macam kecurangan. Perhatian secara substantif terhadap dunia pendidikan pun aksidental, tidak komprehensif. Dari tahun ke tahun, tata kelola pendidikan dibiarkan compang-camping. Itulah mengapa, pendekatan komprehensif tata kelola pendidikan pada beberapa gelintir pemerintahan kota dan kebupaten mendapatkan sorotan luas dari masyarakat maupun media massa.

Terobosan yang kemudian niscaya dilakukan oleh dunia pendidikan lalu berpijak pada dua hal pokok. Pertama, sudah saatnya bagi dunia pendidikan “mencetak” manusia yang saksama mengusung pandangan dunia to be, bukan to have. Dalam contoh kasus kawasan tertinggal, dibutuhkan kepemimpinan dan lapisan sumber daya manusia (SDM) yang sungguh-sungguh mampu berkarya memajukan daerah mereka, agar jangan terus tertinggal. Dalam konteks ini berarti, mustahil pendidikan melahirkan barisan kepemimpinan dan lapisan SDM yang hanya tahu menuntut dan lihai meminta. Justru, proses-proses pendidikan harus berhasil melahirkan barisan kepemimpinan dan lapisan SDM yang lebih mementingkan to be ketimbang to have.

Kedua, terobosan pendidikan meniscayakan adanya filosofi pembiayaan. Sebagaimana sering dikeluhkan selama ini, keterpurukan pendidikan dalam hal mencapai kualifikasi mutu pada takaran yang membanggakan selalu dikait-hubungkan dengan tak memadainya pembiayaan. Para pejabat berwenang dalam bidang pendidikan selalu berbicara tentang keterbatasan dana saat harus memulai langkah besar peningkatan mutu pendidikan. Tapi, sejak anggaran pendidikan memperoleh porsi 20% dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pendidikan juga tidak beranjak maju, bahkan masih juga stagnan. Ini berarti, ada problema filosofi pembiayaan. Secara filosofis, kian membesarnya anggaran pendidikan harus berbanding lurus dengan kian luasnya cakupan pemberian beasiswa kepada siswa atau mahasiswa cerdas berbakat. Inilah imperatif yang sesungguhnya gagal diwujudkan menjadi kenyataan.

Dengan demikian, tak berlebihan manakala dikatakan, bahwa pada satu sisi muncul kebutuhan untuk melakukan terobosan pendidikan. Dengan terobosan pendidikan berarti, setiap elemen pemerintahan memberikan kontribusi signifikan ke arah peningkatan mutu pendidikan. Baik untuk keperluan sekarang maupun bagi kepentingan masa depan, terobosan pendidikan merupakan sesuatu yang tak terelakkan. Totalitas pemerintahan yang turut serta memikul tanggung jawab memajukan pendidikan pada akhirnya juga masuk ke dalam proses pembelajaran menuju terciptanya knowledge government. Terobosan pendidikan memberikan manfaat secara lebih luas pada terbentuknya pemerintahan yang kompetitif.

Tapi pada lain sisi, terobosan pendidikan mustahil bisa dilakukan dalam situasi tak adanya perubahan paradigma. Kita tahu, berbagai proses yang berlangsung dalam dunia pendidikan Indonesia masih sedemikian rupa meneguhkan lebih besarnya orientasi to have ketimbang to be. Dunia pendidikan terus-menerus terpilin ke dalam kesalahan orientasi, lantaran menghasilkan subyek didik yang hanya pandai mengambil tapi gagap memberi. Pendidikan hanya melahirkan lulusan yang sedemikian kental diwarnai oleh egosentrisme pribadi. Dunia pendidikan gagal melahirkan lulusan dengan kemampuan yang begitu mumpuni saat harus melakukan obyektivikasi masalah-masalah fundamental penentu eksistensi Indonesia sebagai sebuah bangsa.

Tragisnya lagi, lebih besarnya orientasi to have ketimbang to be mewarnai sepak terjang kalangan pejabat penentu arah pendidikan. Tak mengherankan jika isu pembiayaan yang dihembuskan oleh kalangan pejabat dalam bidang pendidikan terjerembab ke dalam orientasi proyek. Jangan heran jika 20% anggaran pendidikan dalam APBN justru menstimuli terjadinya perburuan rente pejabat-pejabat dalam bidang pendidikan.

Terobosan pendidikan? Ah .…. untuk sementara lupakan saja itu. Atau, kalau terobosan memang hendak dilaksanakan, lupakan saja sepak terjang dan kesadaran berpikir pejabat-pejabat dalam bidang pendidikan. Artinya, institusi-institusi pendidikan yang eksis di tengah kancah kehidupan masyarakat, sebaiknya melakukan upaya-upaya mandiri hingga sampai pada fase terobosan, tanpa bergantung pada kebaikan hati pejabat-pejabat pemerintah.

Sumber :
http://duniapendidikanmenengah.blogspot.com/2011/01/terobosan-pendidikan-analisis-masalah.html
oleh Anwari WMK
read more “Analisa Masalah Pendidikan”

Bahasa dipakai dan dikaitkan dengan Bahasa Indonesia

Karena bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa, dimana setiap orang akan mengerti jika diantara mereka menggunakan bahasa Indonesia, di lihat dari sudut pandang linguistika, Bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19, namun mengalami perkembangan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja dan proses pembakuan di awal abad ke-20. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Mengapa bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia ? Ada empat faktor , yaitu ;

1.Bahasa Melayu sudah merupakan lingua fanca di Indonesia,bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.

2.Sistem bahasa Melayu sederhana,mudah di pelajari.

3.Diterimanya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia oleh suku-suku di Indonesia.

4.Bahasa Melayu memiliki kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

Dan karena bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting,seperti yang tercantum dalam ikrar ketiga sumpah pemuda 1982.Ini berarti bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa Nasional,kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah.

Didalam kedudukannya sebagai bahasa Nasional ,bahasa Indonesia berfungsi sebagai;
1).Lambang kebanggaan kebangsaan.
2).Lambang identitas nasional.
3).Alat penghubung antara warga,antara daerah, dan antara budaya.
4).Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
Jadi menurut saya, belajar bahasa Indonesia itu sangat penting karena,tidak semua warga Indonesia tiap hari menggunakan bahasa Indonesia, coba perhatikan sekelilingmu.Orang Jawa ya berbahasa jawa,
orang Cina memang pake bahasa Indonesia tapi kadang logat dan aksennya dibuat lain, dan tidak sesuai standar yang benar dan orang Ambon dialeknya juga khusus.Itu karena masyarakat kita kan Bhinneka Tunggal Ika, kalau tidak ada pelajaran bahasa Indonesia, nanti pemakaian bahasa dalam jurnalisme (terutama) jadi kacau dan tidak seragam.Selain itu, banyak aspek dalam pelajaran bahasa Indonesia yang harus kita ketahui,tidak cuma percakapan sehari-hari.

Sumber :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/pengertian-bahasa-indonesia/
read more “Bahasa dipakai dan dikaitkan dengan Bahasa Indonesia”

Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Proses Penalaran

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam proses penalaran dimaksudkan dalam Penulisan Ilmiah yang akan disajikan pada penjelasan dibawah ini. dalam pembahasan kali ini akan di bahas proses penalaran digunakan untuk menyusun Penulisan Ilmiah.

Konsep Ilmiah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997) menjelaskan bahwa Ilmiah adalah sesuatu yang didasarkan atas ilmu pengetahuan.

Kata ilmu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab “ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan. Agar sesuatu dapat disebut sebagai Ilmu, Ada 4 Persyaratan Ilmiah, yakni:


1. Obyektif, Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Obyeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji obyek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan obyek, dan karenanya disebut kebenaran obyektif; bukan subyektif berdasarkan subyek peneliti atau subyek penunjang penelitian.

2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

3. Sistematis, Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

4. Universal, Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat obyeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah
Dalam Penyajian sebuah Konsep Ilmiah, Bahasa Indonesia mempunyai peranan penting dengan dibakukannya Ejaan sesuai EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Dengan Ejaan sesuai EYD ini, Bahasa Indonesia memiliki susunan struktur bahasa yang Obyektif, Metodis, Sistematis dan Universal.

Peranan tersebut, mencakup penggunaan Bahasa Indonesia dalam publikasi artikel maupun tulisan – tulisan ilmiah, baik berupa karya tulis, penulisan ilmiah, maupun skripsi dimana penerapannya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

Beberapa hal sederhana misalnya tentang kaidah penggunaan huruf kapital: bahwa pada setiap awal kalimat harus diawali dengan huruf kapital, dan huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, peristiwa sejarah.

Selain kaidah penggunaan huruf kapital tersebut, masih banyak aturan penggunaan Bahasa Indonesia yang lainnya. Terkadang, dalam publikasi tulisan ilmiah juga, kita menggunakan kata serapan dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.

Untuk penulisan kata-kata serapan tersebut juga ada aturan dalam penulisannya, dimana berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.

Pertama, unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de l’homme par I’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.

Kedua, unsur serapan yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
read more “Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Proses Penalaran”

Proses Penalaran



Penalaran secara literal Bahasa Inggris adalah reasoning. Berasal dari kata reason, yang secara literal berarti alasan. Berarti reasoning atau to reason adalah memberikan/memikirkan alasan.

Mungkin beberapa dari kita masih belum memahami betul apa arti penalaran. Apakah orang yang salah nalar berarti orang bodoh? Tidak. Orang salah nalar bisa terjadi karena strategem (kecohan yang bertujuan tertentu), salah nalar (reasoning fallacy), atau salah nalar karena aspek kemanusiaan. Jadi, bedakan antara penalaran dan kebodohan.

Penalaran dari aspek teoritis dapat didefinisikan sebagai proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap pernyataan atau asersi.


Tujuan dari penalaran adalah untuk menentukan secara logis dan objektif, apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut.

Dari definisi dan tujuan, dapat dilihat bahwa penalaran digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu pernyataan itu dapat diyakini atau dianut. Atau kembali secara literal, kita melihat alasan (reason) dibalik suatu pernyataan.

Macam-macam Penalaran :

PENALARAN INDUKTIF TERDIRI DARI
1. GENERALISASI
Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.
Contoh :
Generalisasi juga di sebut induksi tidak sempurna ( lengkap ). Guna menghindari generalisasi yang terburu – buru, Aristoteles berpendapat bahwa bentuk induksi semacam ini harus di dasarkan pada pemeriksaan atas seluruh fakta yang berhubungan, tapi semacam ini jarang di capai. Jadi kita harus mencari jalan yang lebih prakis guna membuat generalisasi yang sah.

Tiga cara pengujian untuk menentukan generalisasi:

a). Menambah jumlah kasus yang di uji, juga dapat menambah probabilitas sehatnya generalisasi. Maka harus seksama dan kritis untuk menentukan apakah generalisasi ( mencapai probabilitas ).
b). Hendaknya melihat adakah sample yang di selidiki cukup representatif mewakili kelompok yang di periksa.
c). Apabila ada kekecualian, apakah juga di perhitungkan dan di perhatikan dalam membuat dan melancarkan generalisasi?
2. ANALOGI
Pemikiran ini berangkat dari suatu kejadian khusus ke suatu kejadian khususnya lainnya, dan menyimpulkan bahwa apa yang benar pada yang satu juga akan benar pada yang lain.

Contoh ;
Sartono sembuh dari pusing kepalanya karena minum obat ini.
Pengetahuan secara analogis adalah suau metode yang menjelaskan barang – barang yang tidak biasa dengan istilah - istilah yang di kenal ide – ide baru bisa di kenal atau dapat di terima apabila di hubungkan dengan hal – hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.

Analogi Induktif adalah suatu cara berfikir yang di dasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti. Jika memiliki suatu kesamaan dari yang penting, maka dapat di simpulkan serupa dalam beberapa karakteristik lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan kebetulan dan perbandingan untuk sekedar penjelasan, maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan.

3. HUBUNGAN KAUSALITAS
Berupa sebab sampai kepada kesimpulan yang merupakan akibat atau sebaliknya. Pada umumnya hubungan sebab akibat dapat berlangsungdalam tiga pola, yaitu sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Namun, pola yang umum dipakai adalah sebab ke akibat dan akibat ke sebab. Ada 3 jenis hubungan kausal, yaitu:
(1). Hubungan sebab-akibat.
Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab merupakan gagasan penjelas.

Contoh:
Anak-anak berumur 7 tahun mulai memasuki usia sekolah. Mereka mulai mengembangkan interaksi social dilingkungan tempatnya menimba ilmu. Mereka bergaul dengan teman-teman yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Dengan demikian, berbagai karakter anak mulai terlihat karena proses sosialisasi itu.

(2). Hubungan akibat-sebab.
Yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.
Contoh:
Dalam bergaul anak dapat berprilaku aktif. Sebaliknya, ada pula anak yang masih malu-malu dan selalu dan mengandalkan temannya. Namun, tidak dapat di pungkiri jika ada anak yang selalu mambuat ulah. Hal ini disebabkan oleh interaksi sosial yang dilakukan anak ketika memasuki usia sekolah.

(3). Hubungan sebab-akibat1-akibat2
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh :
Mulai tanggal 2 april 1975 harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lainnya dinaikan harganya, karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya, dengan harapan supaya ekonomi Indonesia makin wajar. Karena harga bahan baker naik, sudah barang tentu biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport harus diperhitungkan. Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat.


4. PERBANDINGAN
INDUKSI DALAM METODE EKSPOSISI
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tenta
ng suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

5. SALAH NALAR
Salah nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan kesimpulan sehingga kesimpulan tersebut menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, salah nalar bisa terjadi apabila pengambilan kesimpulan tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Terdapat beberapa bentuk salah nalar yang sering kita jumpai, yaitu: menegaskan konsekuen, menyangkal antiseden, pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis, perancuan urutan kejadian dengan penyebaban, serta pengambilan konklusi pasangan.

PENALARAN DEDUKTIF

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Silogismne
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Silogisme terdiri dari ; Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.

PENALARAN VERBAL

Dalam tes penalaran verbal, biasanya Anda diberi suatu teks informasi dan diminta untuk menilai satu set pernyataan dengan memilih salah satu dari kemungkinan jawaban berikut:

A – Benar (Pernyataan secara logis berdasar informasi atau opini yang terdapat dalam teks)

B – Salah (Pernyataan secara logis salah berdasar informasi atau opini yang terdapat dalam teks)

C – Tidak dapat diketahui (Tidak dapat menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah tanpa informasi lebih lanjut)
read more “Proses Penalaran”

Definisi Proses Berfikir



Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar Menurut Whiterington (1982:10 dalam http//www psikologi pendidikan.com). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik terutama pada persoalan berpikir, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif dan menyenangkan dengan tentunya melaui proses berpikir yang baik.


Permasalahan

Setelah melihat dari latar belakang dalam tulisan ini, maka masalah yang diambil adalah bagaimana cara menganalisis proses berpikir pada peserta didik.

Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui proses berpikir peserta didik.

Berfikir

Mengenai soal berpikir ini terdapat beberapa pendapat, diantaranya ada yang menganggap sebagai suatu proses asosiasi saja; pandangan semacam ini dikemukakan oleh kaum Asosiasionist. Sedangkan Kaum Fungsionalist memandang berpikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons. Diantaranya ada yang mengemukakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117). Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52 dalam http://www.andragogi.com) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologisKemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang relatif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang "selengkapnya" tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu sering dikemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir tentang sesuatu. Di dalam pemecahan masalah tersebut, orang menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah.

Jenis, Tipe, dan Pola Berpikir

Ada berbagai jenis dan tipe berpikir. Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu berpikir autistik dan berpikir langsung. Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu:1. Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu2. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.3. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.4. Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya.5. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.6. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.Sedangkan menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, sebagai berikut.1. Berpikir vertikal (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.2. Berpikir lateral (berpikir divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevamn atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.

Proses Berpikir

Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :
1. Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :
Manusia Indonesia, ciri - cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit sawo mateng
* Berambut hitam
* Dan sebagainya
Manusia Eropa, ciri - cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit Putih
* Berambut pirang atau putih
* Bermata biru terbuka
* Dan sebagainya
Manusia Negro, ciri - cirinya:
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit htam
* Berambut hitam kriting
* Bermata hitam melotot
* Dan sebagainya
Manusia Cina, ciri - cirinya:
* Mahluk Hidup
* Berbudi
* Berkulit kuning
* Berambut hitam lurus
* Bermata hitam sipit
* Dan sebagainya
Dan manusia yang lain - lainnya lagi.
b. Membanding - bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.

2. Pembentukan Pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :a. Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya.c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan - kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, Yaitu
a. Keputusan induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat - pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya :
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum)
b. Keputusan Deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain : Semua manusia terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.
c. Keputusan Analogis
Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya : Totok anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik kelas.
A. Simpulan
1. Secara umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52 dalam http//www psikologi pendidikan.com)) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian yang terjadi karena adanya masalah.
2. Proses berpikir ada tiga langkah yaitu : (a) Pembentukan Pengertian , atau lebih tepatnya disebut pengertian logis, (b) Pembentukan Pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat, dan (c) Penarikan Kesimpulan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
B. Saran
Setelah mengetahui dari berbagai sumber tentang pengertian berpikir dan proses berpikir pada peserta didik, maka sebagai pendidik hendaknya menerapkan langkah- langkah proses berpikir siswa guna untuk mendapatkan hasil belajar yang betul-betul maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.psb-psma.org/content/blog/proses-berpikir
Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press Suriasumantri (ed), 1983. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.andragogi.com. Senin, 4 Agustus 2008 Suryabarata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Wagito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Whiterington. 1982. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.andragogi.com Senin, 4 Agustus 2008
read more “Definisi Proses Berfikir”

12 Maret 2011

Analisa Masalah Lingkungan



Danau Limboto merupakan danau yang terbesar di Propinsi Gorontalo yang merupakan danau alam yang mempunyai daerah pengaliran seluas kurang lebih 890 km (termasuk luas danau) dan tergolong unik karena berada dekat dengan pusat kota dan kabupaten Gorontalo. Danau limboto terletak Danau Limboto sekarang ini dapat di kategorikan sebagai Danau yang kritis, proses pencemaran , sedimentasi , aerasi sungai dan tekanan penduduk terhadap penguasaan lahan sekitar danau untuk kegiatan pertanian dan permukiman menyebabkan danau mengalami penurunan luas dan kedalaman dari Luas dan kedalaman Danau pada tahun 1932 yaitu 7000 Ha dan 30 m, kemudian Luas dan kedalaman Danau pada tahun 1962 yaitu 4250 Ha dan 10 m dan Luas dan kedalaman Danau pada saat ini yaitu 3000 Ha dan 2 m, hal ini sangat memprihatinkan bagi keselamtan danau tersebut yang suatu saat nanti akan musnah.

Eceng gondok merupakan tanaman yang dapat menurunkan kadar zat pencemar pada limbah cair pabrik, pupuk urea dan asam formiat, telah dilakukan dari bulan Juni 1991 sampai bulan Januari 1992 di jurusan Biologi ITB. Dalam penelitian ini diamati akibat terhadap pertumbuhan dari jenis tumbuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan eceng gondok dalam mengurangi kadar zat-zat pencemar yang terkandung dalam jenis limbah cair serta untuk mengetahui kemampuan tanaman tersebut untuk menimbun nitrogen dan fosfor yang diserap dari air limbah. Uji coba penggunaan eceng gondok dalam mengurangi kadar zat-zat pencemar menunjukkan hasil bahwa kehadiran kedua tanaman ini menurunkan kadar zat padat terlarut, zat padat total, BOD, COD, N-amonia, N-nitrat, N-nitrit, N-total, 0-fosfat dan P-total dalam air limbah. Di samping itu pengaruh tanaman ini juga terlihat pada derajat keasaman (pH) air limbah, dimana pH berubah ke arah netral. Ternyata eceng gondok memberikan pengaruh yang sedikit berbeda. Eceng gondok memberikan penurunan kadar zat padat terlarut, zat padat total, BOD, COD, N-amonia, N-nitrat, N-nitrit, N-total, 0-fosfat dan P-total yang lebih besar. Kandungan protein, sebagai gambaran dari kemampuan menimbun nitrogen pada kedua tanaman, lebih tinggi pada daun dan batang dibandingkan dengan pada akar. Secara keseluruhan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa eceng gondok dapat digunakan untuk menurunkan kadar zat pencemar dalam limbah cair pabrik pupuk urea dan asam formiat pada pengolahan tingkat sekunder.

A. Analisis Masalah Dampak Lingkungan
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia pasti akan mempengaruhi lingkungan alam maupun keadaan manusia itu sendiri. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui pengaruh dari suatu kegiatan, baik dari dampak positif maupun dampak negatifnya. Terlebih kegiatan yang di analisis ini merupakan kegiatan yang merusak lingkungan.
Diharapkan melalui analisis ini dapat diketahui sejauh mana dampak negatif yang diakibatkan oleh ulah para masyarakat yang tidak sadar kelestraian lingkungan. Sekaligus merumuskan langkah antisifasi untuk meminimalisir dan menghapuskan dampak buruk yang telah dan akan muncul. Berbagai kegiatan masyarakat yang tidak peduli akan lingkungan ini akan di analisi beberapa dampak di berbagai bidang antara lain :

1. Dampak ekonomi

Dampak ekonomi yang di timbulkan sangat jelas merugikan pemerintah daerah yang mana kerusakan, pencemaran , dan pendangkalan akan menyebabkan beralih fungsinya danau limboto yang semula sebagai tempat objek wisata yang sangat terkenal akan keindahannya menjadi sebuah danau penampungan sampah dengan bau yang tidak sedap serta tempat pembiakan eceng gondok.

2. Dampak Ekologi

Dampak ekologi meliputi segala bentuk perubahan mendasar yang terjadi di sekitar lingkungan danau Limboto. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan antara lain :

a. Pembuangan sisa sampah dan sisa limbah rumah tangga merupakan faktor utama yang menyebabkan tumbuhnya eceng gondok , pertumbuhan populasi eceng gondok yang begitu cepat dan melimpah menyebabkan menyempitnya permukaan danau , eceng gondok yang telah membusuk akan mengendap ke dasar danau sehingga sedikit demi sedikit danau akan menjadi dangkal, selain dari itu berbagai kegiatan para masyarakat nelayan juga menyebabkan terjadinya pengendapan

b. Terjadinya erosi air sungai sekitar danau limboto atau sungai yang mengisi danau limboto, erosi dapat terjadi ketika sungai tidak mampu menanggulangi air hujan dengan aliran yang begitu besar , penyebab hal itu terjadi akibat hutan yang gundul, pembuangan sampah yang tidak tepat oleh masyarakat menyebabkan tersumbatnya aliran sungai sehingga air dengan tekanan tinggi akan mengikis pinggiran sungai dan bermuara ke danau sehingga danau akan mengalami pendangkalan.

c. Pembusukan flora menyebabkan air danau berbau busuk, hal inilah yang membuat danau tersebut menjadi sumber masalah polusi udara, dengan bau yang tidak sedap ini menyebabkan terganggunya berbagai aktivitas di sekitar danau limboto.

3. Sosial

Kerusakan, pencemaran, dan pendangkalan danau limboto mempunyai dampak social masyarakat sekitar danau Limboto. Dampak social tersebut antara lain :
a. Terjadi ketidak sepahaman antara masyarakat sadar lingkungan dan masyarakat yang tidak sadar akan lingkungan. Masyarakat yang tidak sadar akan lingkungan akan selalu melakukan kegiatannya yang mengotori danau dengan membuang sampah dan sisa limbah dapur mereka tanpa menyadari bahwa yang telah dilakukan itu akan merusak lingkungan dan organisme yang ada didanau limboto.

B. Solusi Permasalahan

Salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan melakukan program lomba pembersihan danau limboto yang mana eceng gondok yang diambil oleh masyarakat tersebut akan diberikan kepada pengolahan pupuk organik yaitu oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gorontalo, pengelolaan eceng gondok menjadi pupuk ini di lakukan TPA Talumelito.
Keberadaan pabrik pupuk eceng gondok di harapkan mampu mengatasi masalah eceng gondok yang telah memenuhi danau , dengan mengolah eceng gondok menjadi pupuk yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat petani, dengan harga pupuk yang relatif murah menyebabkan pabrik pupuk harus mengolah eceng gondok lebih banyak lagi, sehingga eceng gondok yang memenuhi danau berangsur-angsur mulai berkurang, dan danau limboto mulai terlihat bersih.
Dalam upaya pemerintah provinsi Gorontalo untuk menyelamatkan danau limboto dengan langkah pengadaan pabrik untuk mengolah eceng gondok menjadi pupuk , di harapkan beberapa aspek-aspek berupa aspek ekonomi , sosial, ekologi serta pendidikan akan menjadi lebih baik. Harapan dari beberapa aspek tersebut antara lain :

1. Aspek ekonomi

Dengan adanya pabrik pupuk eceng gondok dapat memberikan keuntungan bagi pemerintah, dalam hal ini mengembalikan keindahan danau limboto sebagai objek wisata, kembalinya danau limboto sebagai objek wisata dapat meningkatkan penghasilan daerah . selain itu keberadaan pabrik juga memberikan keuntungan sementara bagi para petani , dalam hal ini pupuk eceng gondok yang di hasilkan yang relatif murah atau harga yang terjangkau bagi para masyarakat petani, sehingga dapat di manfaatkan dengan baik oleh para petani.

2. Aspek sosial

Keberadaan pabrik pupuk eceng gondok di harapkan dapat mengubah pola atau kebiasaan masyarakat sekitar danau limboto yang semula membuang sampah sembarangan khususnya membuang sampah ke danau limboto, menjadi masyarakat yang membuang sampah tepat pada tempatnya sehingga tercipta suatu lingkungan bersih , bebas sampah dan bebas penyakit.

3. Aspek ekologi
Eceng gondok yang telah di bersihkan dan diolah menjadi pupuk eceng gondok maka akan mengurangi populasi eceng gondok di danau limboto, dengan berkurangnnya populasi eceng gondok dapat memperluas permukaan danau dan dapat kelihatan lebih luas, untuk mengembalikan kedalam danau dapat dilakukan dengan cara menguras kembali endapan hasil pembusukan dan erosi, sehingga danau dapat terlihat luas dan dalam seperti semula.

Sumber :
http://dnabio71amdal.blogspot.com/

Analisa Masalah Pendidikan



Pendidikan sangat mungkin diskenariokan berfungsi penuh sebagai solusi pemecahan masalah demi mengakhiri keterjebakan bangsa ini ke dalam rawa-rawa kebodohan dan keterbelakangan. Artinya, kebodohan dan keterbelakangan yang hingga kini membelit bangsa ini bisa dengan serta-merta diatasi melalui pendidikan. Tetapi untuk itu, ada prasyarat yang niscaya dipenuhi. Bahwa tanggung jawab terhadap proses pendidikan mutlak melibatkan pemerintahan pada berbagai lini. Jika prasyarat itu gagal dipenuhi, maka pendidikan akan terus stagnan seperti selama ini. Dalam perspektif pembebasan bangsa ini dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan, pendidikan terus berpusing-pusing dalam spektrum “adanya sama dengan tidak adanya”.



Di kawasan atau daerah tertinggal, misalnya, pendidikan tak sekadar diharapkan hadir melayani publik dengan bertakzim pada spirit pencerdasan anak-anak bangsa. Lebih dari itu, praksis pendidikan harus pula membawa serta terobosan spektakuler. Di kawasan tertinggal, praksis pendidikan tak mungkin diimplementasikan secara linear seperti di kawasan-kawasan yang telah lebih dulu maju dan berkembang. Pada berbagai kawasan tertinggal itu praksis pendidikan sejatinya dilaksanakan berdasarkan kerangka pikir di luar kotak. Di kawasan tertinggal, segenap elemen pemerintahan niscaya berperan aktif memajukan pendidikan. Latar belakang paling penting melandasi keniscayaan ini adalah pendidikan berperan sebagai “mesin sosial” untuk melahirkan manusia-manusia baru yang berani tampil di garda depan transformasi agar sumber daya terbatas sepenuhnya bergeser menjadi elemen keunggulan yang clear and distinct.

Sayangnya, totalitas pemerintahan abai terhadap arti penting pendidikan. Sedemikian rupa, makna penting pendidikan dimasukkan ke dalam “kotak sempit” kementerian pendidikan nasional. Elemen-elemen lain dalam pemerintahan tak peduli terhadap pendidikan. Tren umum yang muncul pada berbagai pemerintahan kota dan kabupaten hanyalah memandang penting pendidikan dalam kaitannya dengan keluluasn Ujian Nasional (UN). Bahkan, sebagian pemerintahan kota dan kabupaten membentuk “tim sukses” demi menghadapi agenda UN, hingga kemudian “tim sukses” terdorong melakukan berbagai macam kecurangan. Perhatian secara substantif terhadap dunia pendidikan pun aksidental, tidak komprehensif. Dari tahun ke tahun, tata kelola pendidikan dibiarkan compang-camping. Itulah mengapa, pendekatan komprehensif tata kelola pendidikan pada beberapa gelintir pemerintahan kota dan kebupaten mendapatkan sorotan luas dari masyarakat maupun media massa.

Terobosan yang kemudian niscaya dilakukan oleh dunia pendidikan lalu berpijak pada dua hal pokok. Pertama, sudah saatnya bagi dunia pendidikan “mencetak” manusia yang saksama mengusung pandangan dunia to be, bukan to have. Dalam contoh kasus kawasan tertinggal, dibutuhkan kepemimpinan dan lapisan sumber daya manusia (SDM) yang sungguh-sungguh mampu berkarya memajukan daerah mereka, agar jangan terus tertinggal. Dalam konteks ini berarti, mustahil pendidikan melahirkan barisan kepemimpinan dan lapisan SDM yang hanya tahu menuntut dan lihai meminta. Justru, proses-proses pendidikan harus berhasil melahirkan barisan kepemimpinan dan lapisan SDM yang lebih mementingkan to be ketimbang to have.

Kedua, terobosan pendidikan meniscayakan adanya filosofi pembiayaan. Sebagaimana sering dikeluhkan selama ini, keterpurukan pendidikan dalam hal mencapai kualifikasi mutu pada takaran yang membanggakan selalu dikait-hubungkan dengan tak memadainya pembiayaan. Para pejabat berwenang dalam bidang pendidikan selalu berbicara tentang keterbatasan dana saat harus memulai langkah besar peningkatan mutu pendidikan. Tapi, sejak anggaran pendidikan memperoleh porsi 20% dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pendidikan juga tidak beranjak maju, bahkan masih juga stagnan. Ini berarti, ada problema filosofi pembiayaan. Secara filosofis, kian membesarnya anggaran pendidikan harus berbanding lurus dengan kian luasnya cakupan pemberian beasiswa kepada siswa atau mahasiswa cerdas berbakat. Inilah imperatif yang sesungguhnya gagal diwujudkan menjadi kenyataan.

Dengan demikian, tak berlebihan manakala dikatakan, bahwa pada satu sisi muncul kebutuhan untuk melakukan terobosan pendidikan. Dengan terobosan pendidikan berarti, setiap elemen pemerintahan memberikan kontribusi signifikan ke arah peningkatan mutu pendidikan. Baik untuk keperluan sekarang maupun bagi kepentingan masa depan, terobosan pendidikan merupakan sesuatu yang tak terelakkan. Totalitas pemerintahan yang turut serta memikul tanggung jawab memajukan pendidikan pada akhirnya juga masuk ke dalam proses pembelajaran menuju terciptanya knowledge government. Terobosan pendidikan memberikan manfaat secara lebih luas pada terbentuknya pemerintahan yang kompetitif.

Tapi pada lain sisi, terobosan pendidikan mustahil bisa dilakukan dalam situasi tak adanya perubahan paradigma. Kita tahu, berbagai proses yang berlangsung dalam dunia pendidikan Indonesia masih sedemikian rupa meneguhkan lebih besarnya orientasi to have ketimbang to be. Dunia pendidikan terus-menerus terpilin ke dalam kesalahan orientasi, lantaran menghasilkan subyek didik yang hanya pandai mengambil tapi gagap memberi. Pendidikan hanya melahirkan lulusan yang sedemikian kental diwarnai oleh egosentrisme pribadi. Dunia pendidikan gagal melahirkan lulusan dengan kemampuan yang begitu mumpuni saat harus melakukan obyektivikasi masalah-masalah fundamental penentu eksistensi Indonesia sebagai sebuah bangsa.

Tragisnya lagi, lebih besarnya orientasi to have ketimbang to be mewarnai sepak terjang kalangan pejabat penentu arah pendidikan. Tak mengherankan jika isu pembiayaan yang dihembuskan oleh kalangan pejabat dalam bidang pendidikan terjerembab ke dalam orientasi proyek. Jangan heran jika 20% anggaran pendidikan dalam APBN justru menstimuli terjadinya perburuan rente pejabat-pejabat dalam bidang pendidikan.

Terobosan pendidikan? Ah .…. untuk sementara lupakan saja itu. Atau, kalau terobosan memang hendak dilaksanakan, lupakan saja sepak terjang dan kesadaran berpikir pejabat-pejabat dalam bidang pendidikan. Artinya, institusi-institusi pendidikan yang eksis di tengah kancah kehidupan masyarakat, sebaiknya melakukan upaya-upaya mandiri hingga sampai pada fase terobosan, tanpa bergantung pada kebaikan hati pejabat-pejabat pemerintah.

Sumber :
http://duniapendidikanmenengah.blogspot.com/2011/01/terobosan-pendidikan-analisis-masalah.html
oleh Anwari WMK

Bahasa dipakai dan dikaitkan dengan Bahasa Indonesia

Karena bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa, dimana setiap orang akan mengerti jika diantara mereka menggunakan bahasa Indonesia, di lihat dari sudut pandang linguistika, Bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19, namun mengalami perkembangan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja dan proses pembakuan di awal abad ke-20. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Mengapa bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia ? Ada empat faktor , yaitu ;

1.Bahasa Melayu sudah merupakan lingua fanca di Indonesia,bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.

2.Sistem bahasa Melayu sederhana,mudah di pelajari.

3.Diterimanya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia oleh suku-suku di Indonesia.

4.Bahasa Melayu memiliki kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

Dan karena bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting,seperti yang tercantum dalam ikrar ketiga sumpah pemuda 1982.Ini berarti bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa Nasional,kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah.

Didalam kedudukannya sebagai bahasa Nasional ,bahasa Indonesia berfungsi sebagai;
1).Lambang kebanggaan kebangsaan.
2).Lambang identitas nasional.
3).Alat penghubung antara warga,antara daerah, dan antara budaya.
4).Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
Jadi menurut saya, belajar bahasa Indonesia itu sangat penting karena,tidak semua warga Indonesia tiap hari menggunakan bahasa Indonesia, coba perhatikan sekelilingmu.Orang Jawa ya berbahasa jawa,
orang Cina memang pake bahasa Indonesia tapi kadang logat dan aksennya dibuat lain, dan tidak sesuai standar yang benar dan orang Ambon dialeknya juga khusus.Itu karena masyarakat kita kan Bhinneka Tunggal Ika, kalau tidak ada pelajaran bahasa Indonesia, nanti pemakaian bahasa dalam jurnalisme (terutama) jadi kacau dan tidak seragam.Selain itu, banyak aspek dalam pelajaran bahasa Indonesia yang harus kita ketahui,tidak cuma percakapan sehari-hari.

Sumber :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/pengertian-bahasa-indonesia/

Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Proses Penalaran

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam proses penalaran dimaksudkan dalam Penulisan Ilmiah yang akan disajikan pada penjelasan dibawah ini. dalam pembahasan kali ini akan di bahas proses penalaran digunakan untuk menyusun Penulisan Ilmiah.

Konsep Ilmiah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997) menjelaskan bahwa Ilmiah adalah sesuatu yang didasarkan atas ilmu pengetahuan.

Kata ilmu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab “ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan. Agar sesuatu dapat disebut sebagai Ilmu, Ada 4 Persyaratan Ilmiah, yakni:


1. Obyektif, Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Obyeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji obyek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan obyek, dan karenanya disebut kebenaran obyektif; bukan subyektif berdasarkan subyek peneliti atau subyek penunjang penelitian.

2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

3. Sistematis, Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

4. Universal, Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat obyeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah
Dalam Penyajian sebuah Konsep Ilmiah, Bahasa Indonesia mempunyai peranan penting dengan dibakukannya Ejaan sesuai EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Dengan Ejaan sesuai EYD ini, Bahasa Indonesia memiliki susunan struktur bahasa yang Obyektif, Metodis, Sistematis dan Universal.

Peranan tersebut, mencakup penggunaan Bahasa Indonesia dalam publikasi artikel maupun tulisan – tulisan ilmiah, baik berupa karya tulis, penulisan ilmiah, maupun skripsi dimana penerapannya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

Beberapa hal sederhana misalnya tentang kaidah penggunaan huruf kapital: bahwa pada setiap awal kalimat harus diawali dengan huruf kapital, dan huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, peristiwa sejarah.

Selain kaidah penggunaan huruf kapital tersebut, masih banyak aturan penggunaan Bahasa Indonesia yang lainnya. Terkadang, dalam publikasi tulisan ilmiah juga, kita menggunakan kata serapan dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.

Untuk penulisan kata-kata serapan tersebut juga ada aturan dalam penulisannya, dimana berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.

Pertama, unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de l’homme par I’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.

Kedua, unsur serapan yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Proses Penalaran



Penalaran secara literal Bahasa Inggris adalah reasoning. Berasal dari kata reason, yang secara literal berarti alasan. Berarti reasoning atau to reason adalah memberikan/memikirkan alasan.

Mungkin beberapa dari kita masih belum memahami betul apa arti penalaran. Apakah orang yang salah nalar berarti orang bodoh? Tidak. Orang salah nalar bisa terjadi karena strategem (kecohan yang bertujuan tertentu), salah nalar (reasoning fallacy), atau salah nalar karena aspek kemanusiaan. Jadi, bedakan antara penalaran dan kebodohan.

Penalaran dari aspek teoritis dapat didefinisikan sebagai proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap pernyataan atau asersi.


Tujuan dari penalaran adalah untuk menentukan secara logis dan objektif, apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut.

Dari definisi dan tujuan, dapat dilihat bahwa penalaran digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu pernyataan itu dapat diyakini atau dianut. Atau kembali secara literal, kita melihat alasan (reason) dibalik suatu pernyataan.

Macam-macam Penalaran :

PENALARAN INDUKTIF TERDIRI DARI
1. GENERALISASI
Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.
Contoh :
Generalisasi juga di sebut induksi tidak sempurna ( lengkap ). Guna menghindari generalisasi yang terburu – buru, Aristoteles berpendapat bahwa bentuk induksi semacam ini harus di dasarkan pada pemeriksaan atas seluruh fakta yang berhubungan, tapi semacam ini jarang di capai. Jadi kita harus mencari jalan yang lebih prakis guna membuat generalisasi yang sah.

Tiga cara pengujian untuk menentukan generalisasi:

a). Menambah jumlah kasus yang di uji, juga dapat menambah probabilitas sehatnya generalisasi. Maka harus seksama dan kritis untuk menentukan apakah generalisasi ( mencapai probabilitas ).
b). Hendaknya melihat adakah sample yang di selidiki cukup representatif mewakili kelompok yang di periksa.
c). Apabila ada kekecualian, apakah juga di perhitungkan dan di perhatikan dalam membuat dan melancarkan generalisasi?
2. ANALOGI
Pemikiran ini berangkat dari suatu kejadian khusus ke suatu kejadian khususnya lainnya, dan menyimpulkan bahwa apa yang benar pada yang satu juga akan benar pada yang lain.

Contoh ;
Sartono sembuh dari pusing kepalanya karena minum obat ini.
Pengetahuan secara analogis adalah suau metode yang menjelaskan barang – barang yang tidak biasa dengan istilah - istilah yang di kenal ide – ide baru bisa di kenal atau dapat di terima apabila di hubungkan dengan hal – hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.

Analogi Induktif adalah suatu cara berfikir yang di dasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti. Jika memiliki suatu kesamaan dari yang penting, maka dapat di simpulkan serupa dalam beberapa karakteristik lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan kebetulan dan perbandingan untuk sekedar penjelasan, maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan.

3. HUBUNGAN KAUSALITAS
Berupa sebab sampai kepada kesimpulan yang merupakan akibat atau sebaliknya. Pada umumnya hubungan sebab akibat dapat berlangsungdalam tiga pola, yaitu sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Namun, pola yang umum dipakai adalah sebab ke akibat dan akibat ke sebab. Ada 3 jenis hubungan kausal, yaitu:
(1). Hubungan sebab-akibat.
Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab merupakan gagasan penjelas.

Contoh:
Anak-anak berumur 7 tahun mulai memasuki usia sekolah. Mereka mulai mengembangkan interaksi social dilingkungan tempatnya menimba ilmu. Mereka bergaul dengan teman-teman yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Dengan demikian, berbagai karakter anak mulai terlihat karena proses sosialisasi itu.

(2). Hubungan akibat-sebab.
Yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.
Contoh:
Dalam bergaul anak dapat berprilaku aktif. Sebaliknya, ada pula anak yang masih malu-malu dan selalu dan mengandalkan temannya. Namun, tidak dapat di pungkiri jika ada anak yang selalu mambuat ulah. Hal ini disebabkan oleh interaksi sosial yang dilakukan anak ketika memasuki usia sekolah.

(3). Hubungan sebab-akibat1-akibat2
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh :
Mulai tanggal 2 april 1975 harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lainnya dinaikan harganya, karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya, dengan harapan supaya ekonomi Indonesia makin wajar. Karena harga bahan baker naik, sudah barang tentu biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport harus diperhitungkan. Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat.


4. PERBANDINGAN
INDUKSI DALAM METODE EKSPOSISI
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tenta
ng suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

5. SALAH NALAR
Salah nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan kesimpulan sehingga kesimpulan tersebut menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, salah nalar bisa terjadi apabila pengambilan kesimpulan tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Terdapat beberapa bentuk salah nalar yang sering kita jumpai, yaitu: menegaskan konsekuen, menyangkal antiseden, pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis, perancuan urutan kejadian dengan penyebaban, serta pengambilan konklusi pasangan.

PENALARAN DEDUKTIF

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Silogismne
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Silogisme terdiri dari ; Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.

PENALARAN VERBAL

Dalam tes penalaran verbal, biasanya Anda diberi suatu teks informasi dan diminta untuk menilai satu set pernyataan dengan memilih salah satu dari kemungkinan jawaban berikut:

A – Benar (Pernyataan secara logis berdasar informasi atau opini yang terdapat dalam teks)

B – Salah (Pernyataan secara logis salah berdasar informasi atau opini yang terdapat dalam teks)

C – Tidak dapat diketahui (Tidak dapat menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah tanpa informasi lebih lanjut)

Definisi Proses Berfikir



Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar Menurut Whiterington (1982:10 dalam http//www psikologi pendidikan.com). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik terutama pada persoalan berpikir, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif dan menyenangkan dengan tentunya melaui proses berpikir yang baik.


Permasalahan

Setelah melihat dari latar belakang dalam tulisan ini, maka masalah yang diambil adalah bagaimana cara menganalisis proses berpikir pada peserta didik.

Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui proses berpikir peserta didik.

Berfikir

Mengenai soal berpikir ini terdapat beberapa pendapat, diantaranya ada yang menganggap sebagai suatu proses asosiasi saja; pandangan semacam ini dikemukakan oleh kaum Asosiasionist. Sedangkan Kaum Fungsionalist memandang berpikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons. Diantaranya ada yang mengemukakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117). Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52 dalam http://www.andragogi.com) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologisKemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang relatif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang "selengkapnya" tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu sering dikemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir tentang sesuatu. Di dalam pemecahan masalah tersebut, orang menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah.

Jenis, Tipe, dan Pola Berpikir

Ada berbagai jenis dan tipe berpikir. Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu berpikir autistik dan berpikir langsung. Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu:1. Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu2. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.3. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.4. Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya.5. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.6. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.Sedangkan menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, sebagai berikut.1. Berpikir vertikal (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.2. Berpikir lateral (berpikir divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevamn atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.

Proses Berpikir

Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :
1. Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :
Manusia Indonesia, ciri - cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit sawo mateng
* Berambut hitam
* Dan sebagainya
Manusia Eropa, ciri - cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit Putih
* Berambut pirang atau putih
* Bermata biru terbuka
* Dan sebagainya
Manusia Negro, ciri - cirinya:
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit htam
* Berambut hitam kriting
* Bermata hitam melotot
* Dan sebagainya
Manusia Cina, ciri - cirinya:
* Mahluk Hidup
* Berbudi
* Berkulit kuning
* Berambut hitam lurus
* Bermata hitam sipit
* Dan sebagainya
Dan manusia yang lain - lainnya lagi.
b. Membanding - bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.

2. Pembentukan Pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :a. Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya.c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan - kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, Yaitu
a. Keputusan induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat - pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya :
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum)
b. Keputusan Deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain : Semua manusia terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.
c. Keputusan Analogis
Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya : Totok anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik kelas.
A. Simpulan
1. Secara umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52 dalam http//www psikologi pendidikan.com)) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian yang terjadi karena adanya masalah.
2. Proses berpikir ada tiga langkah yaitu : (a) Pembentukan Pengertian , atau lebih tepatnya disebut pengertian logis, (b) Pembentukan Pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat, dan (c) Penarikan Kesimpulan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
B. Saran
Setelah mengetahui dari berbagai sumber tentang pengertian berpikir dan proses berpikir pada peserta didik, maka sebagai pendidik hendaknya menerapkan langkah- langkah proses berpikir siswa guna untuk mendapatkan hasil belajar yang betul-betul maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.psb-psma.org/content/blog/proses-berpikir
Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press Suriasumantri (ed), 1983. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.andragogi.com. Senin, 4 Agustus 2008 Suryabarata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Wagito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Whiterington. 1982. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.andragogi.com Senin, 4 Agustus 2008